AKTUALBORNEO.COM-Dalam konferensi pers virtual Jumat(6 November 2020) Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arfiyan Arifin mengungkapkan pernyataan bahwa batu bara RI tidak laku lagi 20-30 tahun yang akan datang
Peningkatan pengangkutan, deposit mencapai 3,3 miliar ton, kalau tidak diangkut dalam 20-30 tahun lagi tidak ada yang pakai batu bara, sehingga harus segera dimanfaatkan. Ini pentingnya harus ditingkatan pengangkutan,” tegas Arfiyan
Dia menjelaskan, sejumlah langkah yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan pembangunan dan mengelola pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang. Langkah ini sudah dimulai perusahaan dengan membangun PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2×620 megawatt
PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.
Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara telah mencapai sebesar 55%. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal pertama 2022.
Selanjutnya adalah rencana pengembangan gasifikasi yang akan dimulai tahun depan. Arfiyan menyebut gasifikasi ini bisa mengubah batu bara kalori rendah menjadi produk turunan mulai dari bahan baku pupuk hingga pakaian.”
Ini ke depan 30, 40, 50 tahun lagi di Tanjung Enim akan berdiri industri petrokimia, bukan batu bara, tapi bahan baku utamanya batu bara. Sumber dayanya 8 miliar ton, kalau itu, kita bisa jadi indepent dari crude oil,” jelas dia.
Rencana lainnya yang sedang disiapkan perusahaan adalah menjadi penyedia listrik dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kawasan bekas galian tambangnya.
“Jadi itu visi, tidak cuma gali dan angkut tapi sudah transformasi beyond coal,” tandasnya.(AB)
(Sumber : CNCB)