Efek Pandemi, Suami Banyak Di-PHK, Perempuan dan Anak Jadi Korban KDRT

Foto koordinator Tim Psikolog Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Samarinda Ayunda Ramadhani

AKTUALBORNEO.COM – Tren kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat selama pandemik covid-19 di Kalimantan Timur.  Sejumlah faktor yang dinilai jadi penyembab. Salah satunya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK).

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ada 252 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak hingga Juli 2020 di Kaltim. Dengan korban 41 laki-laki dan 237 perempuan.

Koordinator Tim Psikolog Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Samarinda Ayunda Ramadhani menyebutkan, ratusan kasus tersebut erat kaitannya dengan dampak pandemi covid-19. Seperti PHK yang banyak menimpa para pekerja. Berujung kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam rumah tangga.

“Mulanya stres karena PHK, ditambah anak yang jenuh belajar dari rumah. Ketika kuota internet habis, anak merengek, sementara uang terbatas. Ujungnya amarah naik kemudian terjadi kekerasan,” Ayunda, seperti dilangsir dari instuisi.co.

Masih dari data yang sama, lokasi 147 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut sering terjadi dalam rumah tangga. Sisanya sekolah, lembaga pendidikan kilat, hingga fasilitas umum. Ironisnya, dari rerata usia, paling banyak mengalami kekerasan ialah remaja. Dengan rentang 13-17 tahun sebanyak 104 kasus. Disusul usia 25-44 dengan 73 perkara.

Untuk usia 6-12 tahun ada 45 kejadian, dan dari data ini juga diketahui jika pelaku paling banyak berjenis kelamin laki-laki. Yakni 160 kejadian dan perempuan 16 orang. “Dan tren kasus kekerasan ini naik terus. Dalam sehari saya bisa terima 4 kali konseling,” ungkap Ayunda.

Solusi dari permasalahan ini adalah kontrol dari masing-masing pihak. Entah bapak atau ibu sebagai orangtua. Anak tak bisa berbuat banyak kecuali sudah bisa mengerti. Lazimnya remaja. Masalah tak bisa dihindari tapi ketika itu hadir selalu ada jawaban.

“Kenali sumber yang bisa bikin marah. Jangan sampai persoalan sepele bikin runyam semuanya. Dan ingat tetangga juga bisa ikut mengawasi,” pungkasnya.

Pos terkait