AKTUALBORNEO.COM – Anggota DPRD Kutai Timur (Kutim), Kajan Lahang menyampaikan aspirasinya dalam Rapat Paripurna Penyampaian Laporan Hasil Reses, Jumat (5/3). Salah satu isu yang disampaikan yakni, mengenai 5 usulan program skala prioritas masyarakat di setiap desa pada tahun 2020 lalu yang belum terealisasi
Diketahui, dalam Musrembang tingkat Kecamatan di Kutim tahun 2020 lalu, setiap desa dijatah dan telah mengsulkan masing-masing 5 program prioritas. Karena pandemi Covid-19, ini membuat pemerintah daerah terpaksa harus merelokasi anggaran hingga berdampak pada program tersebut.
“Kalau disampaikan masyarakat yang disana, itu harus mendengarkan dari hasil Musrenbang yang lalu. Artinya 5 skala prioritas usulan masyarakat hampir tidak ada yang terelesasi oleh pemerintah, jadi mereka minta supaya kita push, minimal satu usulan setiap desa itu bisa terelesasi,” jelas dia kepada awak media.
Oleh karena itu, Kajan berharap kepada pemerintah daerah supaya 5 usulan prioritas masyarakat di daerah pemilihannya, yakni (Dapil) Kutim III dapat terakomudir melalui anggaran berikutnya. Dapil Kutim III meliputi Kecamatan Muara Ancalong, Muara Bengkal, Busang, Batu Ampar, Muara Wahau, Telen, dan Kongbeng.
Legislator Partai Nasdem ini mengatakan, usulan prioritas masyarakat setiap desa berbeda. Di Miau Baru misalnya, masyarakat mengusulkan peningkatan jalan dan alat-alat pertanian.
Mengenai bendungan, Kajan menjelaskan bahwa sarana irigasi tersebut tidak masuk dalam 5 usulan program prioritas masyarakat dalam Musrenbang, melainkan merupakan program pemerintah pusat. Dia lebih menekankan usulan yang berkaitan dengan alat-alat pertanian.
Saat ditanya soal pupuk, Kajan mengatakan, pupuk menjadi keluhan. Kebutuhan pertanian tersebut menjadi salah usulan masyarakat. Namun terkait mekanisme anggaran dan distribusi, dia mengaku masih butuh mempelajari terlebih dahulu, dari mana dan berkoordinasi kemana saja untuk mengakomodir usulan tersebut.
Sedangkan untuk air bersih, Kajang mengungkapkan bahwa juga menjadi usulan masyarakat. Tertuma masyarakat di SP dan di daerah trans yang daerahnya memang jauh dari sungai.
Kajan mengatakan Masyarakat di Dapil Kutim III mayoritas berprofesi sebagai petani. Untuk itu, pertanian menjadi fokus utama perjuangan. “Fokus kita pertanian karena orang-orang kita rata-rata petani,” ucapnya.
Terkait sarana penerangan, Kajan mengunkapkan, dari sebagian besar masyarakat sudah terakomudir oleh PLN. Dia mencontohkan daerah Wahau yang sudah menikmati lampu penerangan 24 jam.
“Kalau di Busang, ada yang PLN 12 jam dan ada juga yang belum ada PLN,” tutupnya. (adv).
Reporter: Meri