AKTUALBORNEO.COM – PT. Indexim Coal indo (IC) bersama dengan PT. KPP yang mempunyai lokasi kerja di daerah Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim merupakan perusahaan yang focus di bidang pertambangan batu bara yang sangat concern (pedul) dalam pengelolaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan KO (Keselamatan Operasi). Permintaan jumlah produksi yang semakin naik setiap tahunya, membuat kebutuhan akan pekerja juga semakin naik. Total karyawan yang ada di lingkup PT IC ini mencapai 7000 karyawan local maupun pendatang. Hal tersebut perlu pengelolaan keselamatan kerja yang serius mengingat banyaknya jumlah karyawan yang terlibat dalam industry ini.
Pada hari Kamis, 15 September 2021 PT. KPP astra group melakukan digitalisasi smart watch sebagai ikhtiar untuk mencegah kecelakaan kerja sekaligus untuk meningkatkan produktifitas. Smarth watch atau jam pintar di gunakan oleh operator untuk memantau kualitas jam tidur. Operator sangat antusias dalam kegiatan tersebut.
Akbar Kurniawan, SHE Section Head PT KPP menjelaskan, pemberian serta workshop jam pintar ini berlangsung selama seminggu dengan target user sebanyak 1500 orang.
Menurut Hastomi selaku staff SHE PT. KPP “Pada prinsipnya kebutuhan dasar manusia untuk tidur adalah tujuh jam, karena itu ini harus kita kawal agar operator tidak fatigue atau lelah saat dia bekerja,“ ujarnya.
Dikatakannya, jika kebutuhan tidur operator terpenuhi, maka operasional akan lancar tanpa hambatan sehingga bisa produktif dan semangat saat bekerja.
Sejatinya, era digital membawa perubahan luar biasa di berbagai bidang di hampir seluruh belahan dunia. Di Indonesia, menurut buku Digital Indonesia yang disunting Edwin Jurriens dan Ross Tapsell, teknologi digital setidaknya membawa perubahan dahsyat dalam hal konektivitas, divergensi, identitas, pengetahuan, dan bisnis/perdagangan.
Di Indonesia Digitalisasi khususnya dibidang pertambangan batu bara sangat berperan pennting dalam membawa perubahan kearah yang produktif dan aman terhadap keselamatan kerjanya. Kegiatan pertambangan ini sudah berlangsung puluhan tahun yang menggali lapisan top soil bumi untuk mendapatkan material batubara. Penggalian dilakukan dipermukaan bumi (tambang terbuka), dan hasilnya dikirim melalui sarana transportasi untuk selanjutnya dikonsumsi (batubara). Industri pertambangan adalah industry padat modal, padat karya, dan penuh dengan risiko, baik keamanan lingkungan dan alam sekitar ladang eksploitasi maupun dengan keselamatan jiwa manusianya. Oleh karena itu Perusahan perlu mengelola k3 dan ko agar terciptanya lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Digitalisasi proses pertambangan menuntut perubahan yang sangat berarti pada proses kerja, khususnya dalam bidang operasional tambang. Saat ini, kegiatan tambang masih dikerjakan oleh Manusia sebagai pelaku utama komiditas ini. Intelegency artificial dalam industry 4.0 belum sepenuhnya dapat diterapkan. Oleh karena itu factor manussia menjadi penentu utama dalam mencegah kecelakaan kerja. Menutur HW henrich dalam teorinya, kecelakaan kerja dapat terjadi karena 80% berasal dari manusianya itu sendiri. (Adv/Red).