AKTUALBORNEO.COM – Fenomena kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng menjadi ironi karena terjadi di negara penghasil minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Fenomena itupun mengundang reaksi kritik dari masyarakat, tak sedikit juga yang seolah melemparkan kesalahan atas maslah tersebut kepada pemerintah daerah.
Kelangkaan minyak goreng tersebut terjadi setelah beberapa bulan terakhir harganya melonjak tinggi.
Padahal bahan pokok ini sangat diperlukan masyarakat. Minyak goreng menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Kutai Timur (Kutim), Kasmidi Bulang menyatakan bahwa kelangkaan minyak goreng di Kutim diakibatkan terganggunya pendistribusian minyak goreng yang disalurkan ke toko-toko yang ada di Kutim.
Namun demikian, kata dia, kondisi kelangkaan minyak goreng ini hampir terjadi di semua daerah di Indonesia.
Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
“Bukan cuman kita yang terjadi kelangkaan minyak goreng tetapi skala nasional, makanya kita akan backup Pulau Mas untuk pendistribusian minyak goreng di kutim,” ucap Kasmidi pada Musrenbang gabungan 3 kecamatan di BPU Sangatta Utara, Selasa (8/3/2022).
Pulau Mas merupakan distributor minyak goreng yang memiliki koneksi langsung sampai ke pusat. Distributor itu memiliki kuota yang cukup dibandingkan distributor besar lainnya yang ada di Kalimantan Timur (Kaltim).
“Dia bantu kita, bantu masyarakat kita tidak mengambil untung, saat ini di lapangan harga minyak goreng 40 ribu per liternya dan Pulau Mas hanya menjual 14 ribu per liternya,” tutur Kasmidi.
Dia menyatakan, penyaluran minyak goreng langsung ke masyarakat untuk mengatasi kelangkaan serta meminimalisir terjadinya penimbunan minyak goreng dari kalangan pedagang.
“Pola yang mereka lakukan adalah memakai tinta karena jangan sampai ada yang lebih dan dibatasi 1 orang maksimal hanya 2 liter,” ungkapnya.
Kasmidi mengatakan Pemkab Kutim terus melakukan koordinasi dengan perusahaan sawit, dikarenakan banyaknya isu di masyarakat mengatakan bahwa Kutim penghasil minyak sawit terbesar di indonesia tetapi minyak goreng masih langka.
“Ini bukan hanya masalah kita, tetapi ini masalah nasional, disituasi seperti ini kita harus cerdas melihat situasi kondisi negara kita,” tuturnya.
Kelangkaan Minyak goreng khususnya di Kutim memang menjadi perhatian masyarakat, tak sedikit dari mereka meluapkan kekesalannya di media sosial.
Di antara mereka ada yang beranggapan bahwa kelangkaan minyak goreng disebakan oleh pola masyarakat itu sendiri. Disamping menyetok komoditi subsidi itu lebih dari biasanya, juga ada yang disebut menjadi pedangan dadakan.
Diketahui, harga minyak melonjak sejak bulan Oktober 2021. Untuk mengatasinya, pada bulan Januari 2022, pemerintah memberlakukan program satu harga dengan subsidi.
Jadi, di mini market dan pasar tradisional, minyak dijual dengan harga Rp14.000,00 per liter. Ini menyebabkan, minyak diserbu pembeli.
Hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah dua minggu menggunakan sistem ‘satu harga’. kelangkaan minyak goreng terjadi. Kalau pun ada yang menjualnya, harga yang ditawarkan tidak lagi Rp 14 ribu tetapi dikisaran Rp 25 ribu bahkan ada yang menjual sampai Rp 35 ribu per liter. (Red).