Batu Bara Sepekan Menguat 0,5%

AKTUALBORNEO.COM – Harga batu bara dunia menguat sepanjang pekan ini, mencatatkan reli untuk pekan ketiga berturut-turut di tengah ekspektasi peningkatan permintaan dunia menyusul data positif manufaktur China dan Amerika Serikat (AS).

Harga batu bara termal acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai ditransaksikan dibanderol US$ 54,5/ton atau menguat 0,5% dari posisi penutupan pekan sebelumnya di US$ 54,2/ton. Reli ini melanjutkan tren dua pekan sebelumnya yang menguat sebesar 1,6% dan 0,8%.

Namun, kenaikan tiga pekan itu belum impas mengimbangi koreksi sepekan sebelum itu, yakni pada 5-12 Juni, di mana harga komoditas andalan nasional tersebut anjlok 5,8% ke level US$52,95 per ton akibat pandemi Covid-19 yang memangkas permintaan.

APBI memperkirakan dampak pandemi bisa mengganggu permintaan batu bara sebanyak 85 juta ton. Impor batu bara India yang lemah membuat Indonesia sebagai salah satu eksportir komoditas ini ke negara tersebut terkena dampaknya.

Di sisi lain China, sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia, juga dikabarkan akan mengetatkan impor batu bara dan beralih ke suplai domestik. Bersamaan dengan itu, impor Jepang dan Korea Selatan juga diprediksi rendah. Apalagi dengan melimpahnya pasokan gas alam serta murahnya harga yang cenderung membuat kedua negara itu beralih ke gas.

Kementerian ESDM melaporkan ekspor batu bara Indonesia dari Januari hingga Mei mencapai 175 juta ton. Ekspor komoditas ini pada 2020 diperkirakan turun 8% dari tahun lalu menjadi 435 juta ton dari 472 juta ton pada 2019.

Perusahaan-perusahaan tambang batu bara RI mengekspor sebagian produknya ke China dan India masing-masing sebesar 29% dan 23%. Oleh karena itu, APBI meminta anggotanya memangkas produksi secara kolektif sebesar 40-50 juta ton sepanjang Juni-Desember tahun ini.

Memasuki pekan ini, kekhawatiran agak sirna menyusul kabar kandidat vaksin yang dikembangkan Pfizer dan Moderna menghasilkan antibodi pada pasien dalam uji klinis 1,8-2,8 kali lebih tinggi dari pasien biasa. Antibodi itu dikabarkan mampu menetralkan virus corona.

Ini memicu ekspektasi aktivitas ekonomi bakal pulih sehingga permintaan atas bahan bakar pun membaik. Sektor manufaktur AS mencatatkan ekspansi pada Juni, tercermin dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager’s Index/PMI) manufaktur versi ISM di angka 52,6.

Di sisi lain, PMI manufaktur China versi Caixin/Markit pada Juni di level 51,2, atau di atas ekspektasi analis dalam polling Reuters di angka 50,5. China merupakan konsumen utama batu bara dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pos terkait