AKTUALBORNEO.COM – Di tengah Pandemi Covid-19, menjadikan berbagai sektor mengalami kesulitan. Dampaknya pun hampir dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali bagi petani di Kutai Timur (Kutim)
Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Daeng Tinggi, petani asal Sangatta Utara. Ia tetap menjalankan aktivitasnya sebagai petani, meskipun sebelumnya harus beralih komoditas tanam, dari kacang panjang ke daun seledri.
Dikatakannya, sebelum masa pademi Covid-19, dirinya sempat menanam kacang panjang, namun peminat dan hasil panennya dinilai kurang memuaskan.
“Kami berpikir menanam daun seledri bisa menjadi alternatif mengantisipasi penghasilan,” ujar Daeng Tinggi, Sabtu (9/1/2020).
Sebagai petani, untuk memproduksi hasil pertanian adalah menjadi suatu kebanggaan. Terlebih di saat keadaan seperti ini, ia juga meyakini produktivitasnya dapat meningkatkan daya imun dirinya dari Covid-19.
Di atas lahan seluas 2 hektar yang terletak di Jalan Pendidikan, Sangatta Utara, Daeng pun mulai menanan daun seledri. Menurutnya, dari 100 bibit awal hanya bisa memaksimalkan penanaman daun seledri di 3 bedengan.
“Kini ada 13 bedengan lahan seledri yang kami kebangkan dan menghabiskan 4 karung pupuk,”
Dari lahan tersebut, Setiap harinya sebut Daeng, menghasilkan 35 sampai 40 ikat daun seledri dari 1 bedeng daun seledri yang ditanamnya.
Masalah distribusinya, lanjut Daeng, sudah ada langganan tetap. Seperti pedangang yang ada di pasar induk, warung-warung sayur yang ada di sekitar Sangata. “Tergantung pesanan, Kami juga melanyani pesanan rumah makan dan warung makan lainya,” terangnya.
Untuk harga yang dijual kepasar, Daeng mengatakan, berkisar 15 ribu per ikatnya. Tidak melayani bentuk timbangan, sistem dijual cash, dan tidak melayani utang.
Menghadapi situasi kehidupan normal baru di masa pademi Covid-19, Daeng menilai petani dituntut mampu membaca peluang tanaman yang akan tanam seperti daun seledri. Ini dibuktikan Daeng, sebab dalam sebulan ia berhasil meraup omzet puluhan juta rupiah.
“Dalam sebulan kami bisa meraup untung bersih Rp 10 juta, sudah di luar kebutuhan biaya operasional bertani daun seledri dan kebutuhan keperluan kami sehari,” jelas Daeng.
Daeng mengaku, mengembangkan pertanian seledri sudah hampir setahun dengan menggunakan tenaga dan biaya pribadi.
“Masalah modal dan bantuan pemerintah belum ada dikarenakan kami tidak termasuk kelompok tani,” pungkasnya. (ALAM/RED).