AKTUALBORNEO.COM— Pemanfaatkan sumber daya flora atau tumbuh-tumbuhan merupakan hal yang lumrah bagi warga Dusun ll Meratak atau yang lebih dikenal dengan Desa Tepian Budaya, Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutim. Menggunakan bahan yang didapatkan langsung dari alam ibu-ibu disana ahli dalam menjahit dedaunan kering menjadikannya sa’ung (dalam bahasa Dayak Kenyah) atau topi, selain digunakan untuk aktifitas hari-hari juga dapat sebagai mata pencaharian yang bernilai ekonomi tinggi.
Bahan utama pembuatan sa’ung ialah daun sang, yang didapatkan dari dalam hutan Dusun ll Meratak. Membutuhkan waktu dua hari untuk benar-benar mengeringkan daun tersebut, jika sudah kering lipatan daun sang dibuka dan dililit agar mudah dalam proses penyatuan antar daun lain kelainnya.
Ana Tinge, seorang ibu rumah tangga ini merupakan salah satu pengrajin sa’ung yang berada di Dusun ll Meratak, selain berladang ia juga membuat kerajinan tangan lainnya. Tidak memakan waktu lama tangan-tangan ahli pengrajin ini merangkai sa’ung hingga sedemikian rupa.
“Tidak lama prosesnya, pengeringan daun hanya dua hari, kemudian dirangkai, dijahit, dilapis kain lalu disulam dengan manik, setidaknya butuh waktu 3-4 hari saja sudah siap, kalau yang biasa tanpa sulam dan manik, cukup setengah hari saja,” ucapnya.
Harga satu sa’ung bisa mencapai harga berkisar Rp. 600 ribu, tergantung tingkat kesulitannya. Maka tak heran jika ibu-ibu pengrajin disini sangat ahli dan kredibel dalam hal menganyam, merajut, menyulam dan lainnya. Karena keahlian tersebut sudah dilakoni sejak nenek moyang mereka. (S/*1)