AKTUALBORNEO-COM – Gempa di wilayah Majene Provinsi Sulawesi Barat dengan magnitudo 5,9 yang terjadi pukul 13.35.49 WIB memicu kerusakan sejumlah bangunan di wilayah tersebut.
“Estimasi peta tingkat guncangan yang dipublikasikan BMKG akurat, sesaat setelah gempa dapat mengetimasi bahwa gempa ini merusak karena muncul warna kuning yang artinya guncangan gempa mencapai skala intensitas VI MMI yang berpotensi merusak,” kata Koordinator bidang Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan dari lapangan saat ini dilaporkan sementara banyak terjadi kerusakan rumah warga di Kabupaten Majene. Tidak hanya merusak, gempa ini juga memicu dampak ikutan gempa (collateral hazard) berupa runtuhan batu (rockfall) di tebing-tebing perbukitan.
Lebih lanjut dia mengatakan gempa tersebut guncangannya dirasakan hingga jauh di seberang pulau, karena dilaporkan warga di Kabupaten Paser dan Balikpapan di Kalimantan Timur ikut merasakan guncangan gempa Majene.
Gempa Majene dipicu oleh sumber gempa Sesar Naik Mamuju (Mamuju Thrust). Sesar ini di lepas pantai sebagai fold-thrust-belt yang sangat aktif. Hal ini sesuai sengan analisis mekanisme sumber BMKG yang menunjukkan pergerakan naik (thrust fault).
Pusat gempa Majene sangat berdekatan dengan sumber gempa yang memicu tsunami pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan 6,9 pada kedalaman 13 km.
Gempa saat itu menyebabkan 64 orang meninggal, 97 orang luka-luka dan 1.287 rumah serta Masjid mengalami kerusakan. Dermaga pelabuhan pecah, timbul tsunami dengan ketinggian 4 meter di Pelattoang dan 1,5 m di Parasanga dan Palili.
Gempa Majene yang merusak hari ini dan gempa pemicu tsunami destruktif tahun 1969 sama sama dibangkitkan oleh generator gempa yang sama yaitu Sesar Naik Mamuju (Mamuju Thrust).
Sesar Naik Mamuju memiliki magnitudo tertarget mencapai 7,0 dengan laju geser sesar dua milimeter per tahun sehingga sesar ini memang harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat, ujar Daryono.
Sumber: Antara