AKTUALBORNEO.COM – Semua orang tentu pernah melihat cicak, hewan melata di atas tembok ini hampir ada di setiap rumah. Ternyata cicak kalau diolah secara tepat memiliki nilai ekonomis tinggi.
Mungkin sedikit aneh, jualan cicak kering, namun peluang bisnis inilah yang ditangkap oleh Ita Purwita, wanita asal Cirebon. Bahkan usaha cicak keringnya telah menembus pasar ekspor hingga ke Cina.
Wanita asal Cirebon, Jawa Barat tersebut mengolah cicak bukan dalam kondisi hidup, tapi telah mati dan sudah dikeringkan. Ita sendiri menjalankan usaha tersebut warisan turun temurun yang diwarisi dari sang ibu. Seperti apa kisahnya? Simak ulasan berikut ini.
Cicak ternyata dapat diolah menjadi bahan baku obat tradisional. Salah satu negara yang memanfaatkan cicak sebagai obat tradisional adalah Cina. Negeri bambu kuning ini memang terkenal akan resep herbal dan pengobatan alternatifnya.
Cicak-cicak yang berhasil ditangkap lalu dimatikan dan dibersihkan dengan menggunakan air dan deterjen guna menghilangkan kotoran di badan dan getah yang dipakai untuk menangkapnya. Setelah itu, cicak dijemur di bawah sinar matahari sampai kering dan berwarna coklat kehitaman.
Cicak-cicak yang telah kering kemudian dikemas dalam bungkus plastik. 1 kilogram cicak dijual dengan harga Rp250 ribu. “Biasanya untuk obat. Itu diambil semua bagian tubuh cicak, seperti langsung digiling. Permintaan dari China. Biasa kirimnya per bulan sebanyak 1 kwintal. Harganya per Kg itu Rp 250.000,” ucap Ita.
Tentu banyak orang tidak menyangka, bahwa cicak sebagai hewan rumahan yang selama ini sering diabaikan, ternyata memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Meski sekilas terlihat menjijikkan, bisnis cicak kering seperti kisah di atas terbukti dapat mendongkrak perekonomian masyarakat sekaligus menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Sumber: boombastis.com