AKTUALBORNEO.COM – Cahaya lampu di malam hari kini dapat dinikmati oleh warga Desa Rantau Buta, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser, Kaltim. Kebahagiaan nampak salah satunya pada raut wajah mereka ketika bersilaturahmi dengan Gubernur Kaltim Isran Noor yang datang langsung meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat Off Grid 24 Kilo Watt Peak (KWP) pada, Ahad (03/08/2020) lalu.
Meskipun kala itu, sang Gubernur harus menempuh perjalanan melalui medan berat dengan tanjakan terjal dan turunan curam, hingga jalan berlumpur sepanjang 12 kilometer ditambah cuaca hujan.
Hadir pula dalam kesempatan itu, Wakil Bupati Paser H Kaharuddin, Wakil Ketua DPRD Paser Fadly Imawan, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim H Frediansyah dan Kepala Desa Rantau Buta Asran S, Gubernur Isran Noor menandatangani prasasti sebagai tanda beroperasinya pembangkit listrik bersumber dari energi baru terbarukan (EBT).

“Sebelum ada lampu ini kami sangat susah untuk penerangan, karena lampu kami terbatas. Dan juga iuran kami dalam satu bulan itu empat kali. Jadi hitungan empat kali itu kalau hitungan saya saja 100 ribu, sangat berat persaaan saya itu bebabnya,” ujar salah satu warga setempat, seperti dikutip dari kaltiprov.go.id.
Pembangunan PLTS Terpusat Off Grid 24 KWP di daerah ini menelan dana sekitar Rp3,8 miliar yang bersumber dari APBD Kaltim 2020 melalui Dinas ESDM PRovinsi Kaltim, dengan kapasitas terpasang 24 KWP atau setara 20.000 watt, yang dilaksanakan oleh PT Mahakam Lembu Mulawarman selaku kontraktor pelaksana. Jika sebelumnya lampu di desa tersebut sangat terbatas, kini mereka bahkan bisa menonton TV.
“Jam enam sampai jam sembilan sudah mati, ya karena kita tidak puas melihat televisi, kan kabar diliuar kita tidak puas. Jadi sekarang alahmdullilah, sekarang pemerintah provinsi selalu mengingat kami,” lanjut dia berujar. “Dengan PLtS kami bisa, siang buka tv malam juga buka tv, kami bahagia dan mengucapkan terima kasih kepada bapak gunernur telah menargi desa kami.”
Pembangunan PLTS Terpusat Off Grid 24 KWP di Desa Rantau Buta, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser menelan dana sekitar Rp3,8 miliar yang bersumber dari APBD Kaltim 2020 melalui Dinas ESDM PRovinsi Kaltim, dengan kapasitas terpasang 24 KWP atau setara 20.000 watt, yang dilaksanakan oleh PT Mahakam Lembu Mulawarman selaku kontraktor pelaksana.
Pembangunan berlangsung selama kurang lebih 90 hari sejak 20 April sampai dengan 15 Juli 2020, atau lebih cepat 25 hari dari masa kontrak yang berakhir pada 10 Agustus 2020. Dan pada tanggal 23 Juli 2020 sudah terbit sertifkat laik operasi dari lembaga independen di Bandung.
Adapun yang dibangun, di antaranya modul surya (1 unit), rumah pembangkit (1 unit), jaringan (1,1 kilometer sircuit/kms), pemasangan jaringan listrik untuk 42 rumah, pemasangan listrik di sembilan fasilitas umum (kantor desa, sekolah dan tempat ibadah) dengan daya 1.000 watt, serta 26 titik PJU (Penerangan Jalan Umum).
Jam operasi selama 24 jam (setiap jam 17.00 diisi kembali energi listrik sebesar 700 watt hours per hari). Energi yang disuplai ke masing-masing pelanggan untuk rumah warga (daya @1 Ampher/230 watt dengan kuota energi perhari 700 watthours). Sedangkan fasilitas umum (daya @1Amphere/230 watt dengan kuota energi perhari 1000 watt hours).
Jika dulunya listrik hanya bisa dinikmati warga Desa Rantau Buta yang jumlahnya sekitar 116 jiwa (36 KK) hanya pada malam hari atau tepatnya pada pukul 18.00 sampai dengan 22.00 setiap harinya, kini listrik menyala selama 24 jam. Jika dulu listrik menggunakan genset dengan iuran rutin hingga Rp100 ribu/bulan per rumah dan kali ini berupa tenaga surya yang merupakan energi baru terbarukan (EBT).
Warga lokal juga dilibatkan dalam pemeliharaan PLTS terpadu. Ada 4 orang warga lokal sebagai petugas pemeliharaan yang memang sudah dilatih oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim untuk menangani pembangkit hingga jaringan listrik jika bermasalah. Bahkan salah satunya dilibatkan sejak awal pembangunan PLTS.
Gubernur Isran Noor mengajak masyarakat Desa Rantau Buta dan seluruh masyarakat Kaltim untuk selalu menjadi pribadi yang selalu pandai bersyukur kepada Allah SWT. Karena, lanjut dia, jaman sekarang jauh lebih maju dari jaman dahulu.
“Jika dulu di Desa Rantau Buta, waktu malam adalah benar-benar malam, maka sekarang dengan adanya pembangkit listrik bertenaga surya ini, waktu siang adalah siang, dan malam adalah siang. Sehingga masyarakat, khususnya anak-anak bisa mamanfaatkannya untuk belajar di waktu malam dan mengetahui informasi lewat siaran televisi, Ini milik bersama masyarakat, maka menjadi kewajiban bersama untuk memeliharanya,” kata Isran Noor.
Ucapan terima kasih disampaikan Wakil Bupati Paser H Kaharuddin hingga Kepala Desa Rantau Buta Asran S, karena masyarakatnya kini bisa mengakses infromasi tak terbatas dengan adanya aliran listrik dari PLTS Terpadu tersebut. Semoga PLTS ini dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani rotan dan karet, serta mencetak generasi penerus yang berkualitas dan berdaya saing dari Desa Rantau Buta.
EBT Masa Depan Kaltim
Pembangunan PLTS Terpusat merupakan salah satu program prioritas duet kepemimpinan Gubernur Kaltim Dr H Isran Noor bersama Wakil Gubernur H Hadi Mulyadi. Yang dilaksanakan Pemprov Kaltim melalui Dinas ESDM Provinsi Kaltim dalam Program Diversifikasi Energi melakukan kegiatan Pengembangan dan Pemanfaatan Energi. Hal ini dilakukan tidak lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dan pemerataan pembangunan infrastruktur bagi masyarakat Kaltim.
Pemerataan infrastruktur di Kaltim khususnya di sektor energi (kelistrikan) memang memiliki kendala. Dengan luas wilayah dan kondisi geografis yang sulit untuk di jangkau, PLTS terpusat menjadi salah satu solusi dari permasalahan pemenuhan kebutuhan listrik di daerah-daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T), dimana tidak memungkinkan untuk pembangunan jaringan kelistrikan dari PT PLN (Persero).
Pembangunan sejumlah PLTS yang memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT), diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasokan listrik di daerah-daerah pelosok yang memang tidak terjangkau.
Selain PLTS, ada opsi dan potensi pembangkit listrik lainnya yang dapat dikembangkan di Kaltim, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan bahan bakar cangkang sawit dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang memanfaatkan tenaga air dari aliran sungai. Kedua opsi tersebut menggunakan EBT yang ramah lingkungan.
Saat ini memang tidak mudah untuk mewujudkannya, karena kondisi pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) yang mewabah hampir di seluruh belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia dan Kalimantan Timur khususnya, mengharuskan pemerintah melakukan pemangkasan anggaran baik ditingkat pusat maupun daerah untuk penanganannya.
“Di tengah pandemi Covid-19 ini dimana terjadi realokasi anggaran, sehingga kegiatan pembangunan banyak yang tidak dapat terlaksana. Tetapi saya meminta kepada pusat agar kegiatan pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan dan energi tidak dikurangi, termasuk pembangunan PLTS ini yang terus dilaksanakan dan akhirnya bisa selesai serta bisa dimanfaatkan warga Desa Rantau Buta,” kata Isran.