Menilik Ritual Adat Pelas Tanah di Rantau Pulung, Kutai Timur

AKTUALBORNEO.COM – Masyarakat Kutai Timur (Kutim) adalah salah satu masyarakat adat yang masih tetap menjaga kebudayaan warisan para leluhur. Salah satu tradisi yang hingga saat ini masih dipertahankan adalah tradisi upacara Pelas Tanah, yaitu ritual untuk keberkahan dan pembersihan kampung dari unsur-unsur jahat.

Ritual ini sebagai upaya bermunajat kepada sang Maha Pencipta, bukan hanya dipercaya untuk membuat tanah atau daerah jadi bersih dari unsur unsur jahat, tetapi juga kebersihan bagi setiap jiwa yang menghuninya baik yang tampak maupun tidak.

Tak hanya di wilayah perkotaan yang digelar meriah bersama pemerintah daerah, ritual adat Pelas Tanah juga ternyata dilaksanakan masyarakat secara sederhana di daerah pelosok desa atau kecamatan yang ada di Kutim. Seperti halnya di wilayah Kecamatan Rantau Pulung, pada Kamis malam, 18 Juni 2020.

Acara Pelat Tanah ini dimulai pada pukul 20.00 Wita. Kerabat adat dan masyarakat di daerah itupun sedari awal juga memang sudah berkumpul. Mereka duduk bersama, tak ada kursi yang lebih tiggi, semua tampak sama rata.

Tokoh adat, Muhammad Yamin bahkan menjadi pembawa acara sekaligus membaca doa di malam itu. Selain Muhammad Yamin, juga ada Hj Juliah, Ari, Supransyah, Aji Dayak, Ustad Pani, Pepeng dan Samsudin.

“Bismillah, penutupan pelas tanah tutup tahun baru bisa dilaksanakan tahun ini walaupun sudah lewat. Walaupun sederhana mudah-mudahan tersampai niat dan doa. Semoga semua diberi keselamatan rezeki tambah dan diangkat semua wabah penyakit,” ujarnya.

Dia menjelaskan, Acara Pelas Tanah yang bertujuan untuk memohon doa kepada sang pencipta, tujuh lapis langit tujuh lapis bumi. Dari taskrip ke magrib, dari sina ke paksina, dari kutub utara dan selatan, dari matahari terbit samapai ke terbenam dan seluruh isi alam semesta.

“Acara, ini tujuannya. Hajat munajat untuk kesuburan bumi dan untuk kesehatan nikmat hidup di bumi maupun di air. Dan sekaligus berdoa untuk umat baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup di bumi,” terangnya.

Setelah rembuk bersama, acara ritual pun dimulai. Para pinati (pemimpin ritual) membawa nampan di tempat ritual yang telah disiapkan sedemikain rupa. Mereka duduk dengan bermunajat, membaca doa.

Malam itu, prosesi begitu hikmat. Beragam prosesi ritual yang dilaksanakan, diantaranya Acant atau Kalangkang, yaitu ucapan syukur pada yang maha kuasa. Ritual ini diyakini sebagai asal usul turunya titisan kerjaan Kutai di Kalimantan.

Tak hanya itu, sang pinati juga membacakan doa dan selawat nabi Muhammad SAW, sambil mengusapkan sebuah perangkat ritual di kepala warga yang hadir. (M. Nainggolan/IR).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *