Heboh Kemunculan Hewan Langka Pesut Mahakam di Kaltim, LIPI Benarkan Hal Ini

Pesut Mahakam (Antara Foto/Sugeng Hendratno)

AKTUALBORNEO.COM – Beberapa hari lalu warganet dihebohkan dengan sebuah video unggahan di media sosial terkait munculnya pesut mahakam di Sungai Mahakam, Kaltim. Kejadian yang menghebohkan serta langka tersebut salah satunya diunggah oleh akun @BahriBpp melalui media sosial Twitter.

Menanggapi hal itu. Peneliti mamalia laut di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaha Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Rr. Sekar Mira C.H. S.Si, M.App.Sc membemarkan bahwa hewan yang di dalam video tersebut memang pesut mahakan yang juga dikenal sebagai irrawaddy dolphin. Namun, Mira menilai, kemunculan pesut mahakam di daerah pesisir dan daerah sungai bukanlah hal yang aneh karena daerah tersebut merupakan habitat aslinya.

“Sebenarnya pesut ini menyukai habitat di daerah pesisir dan daerah sungai. Kemungkinan besar masyarakat menganggap bahwa kejadian ini langka karena semakin terancamnya populasi pesut di sekitar Sungai Mahakam itu sendiri,” kata Mira, seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari laman resmi LIPI dan tayang di media tersebut dengan judul: Peneliti LIPI Benarkan Adanya Pesut Mahakam di Kaltim yang Sempat Ramai Dibicarakan

Pesut mahakam termasuk ke dalam ordo Cetacea dan famili Delphinidae. Saat ini, pesut di sekitar sungai Mahakam dan pesisir wilayah Kaltim memiliki semacam kelompok atau terpisah teritorialnya.

Selain di sungai Mahakam, pesut ini masih bisa dijumpai di perairan sekitar wilayah Kaltim, Kalbar, Jawa, Sumatera dan Papua.

International Union of Conservation Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan pesut mahakam sebagai satwa kritis dan terancam punah (critically endangered species). Ini berarti, angka populasi pesut mahakam di alam bebas sudah sulit dipertahankan.

Mira mengatakan para peneliti sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari adanya pengaruh signifikan pada perubahan tingkah laku dan pergeseran habitat di sungai Mahakam.

Dia juga menjelaskan di area hulu yang sarat aktivitas tambang, dimana perahu angkut muat lalu lalang, menyebabkan pergeseran habitat pesut.

“Tentu dengan pergeseran ini ada perbedaan parameter perairan dan komposisi mangsa yang tersedia,” tutur Mira.

Selain itu, meningkatnya jumlah limbah sampah di sekitaran habitat pesut juga mengancam keselamatan sehingga populasi mereka terus berkurang.

Mira juga mengungkapkan ada pesut yang mati terdampar ketika diotopsi ternyata ada popok anak yang memblok dan menyumbat saluran pencernaannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *